CONTOH : PTK IPS SMP KETERAMPILAN ABAD 21
PENERAPAN METODE
“KUPER” BERBANTUAN MEDIA” KAVIS” UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS
Romulus
Butarbutar,S.Pd
SMP NEGERI 1
SITELLU TALI URANG JULU , PAKPAK BHARAT-SUMUT
ABSTRAK
Pada
kegiatan belajar pada mata pelajaran IPS khususnya materi dengan tema sejarah ditemukan banyak siswa
yang kurang berminat dengan materi pelajaran, dan ditemukan siswa yang
mengantuk pada saat guru menyampaikan materi sehingga hasil belajar siswa yang
tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) mencapai 70 %. Rendahnya siswa
yang lulus kkm dipengaruhi oleh rendahnya minat belajar siswa terhadap materi tema
sejarah dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu 1).Guru masih menggunakan metode ceramah (teacher center ), siswa hanya
sebatas mendengarkan ceramah guru, 2).
Guru belum melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, 3). Belum menggunakan
media pembelajaran yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
penerapan metode “KUPER” berbantuan media “KAVIS” dapat meningkatkan hasil belajar
siswa?, dan untuk mengetahui bagaimana metode "KUPER” berbantuan media “KAVIS”
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Metode yang
dipergunakan yaitu metode kualitatif dengan subjek penelitian adalah kelas
VIII.1 berjumlah 27 orang. Metode pengumpulan data melalui pengamatan dan test.
Dari hasil test yang dilakukan setelah penerapan metode diskusi dan bermain
peran (Kuper) berbantuan media kamera dan audio visual (Kavis) mengalami
peningkatan hasil belajar menjadi 75 % siswa lulus kkm pada siklus I dan pada siklus
II mengalami peningkatan menjadi 86 % dan dari hasil pengamatan tidak ditemukan
siswa yang mengantuk karena begitu antusias dan bahagia melakukan diskusi dan
seluruh siswa gembira ikut bermain peran memerankan karakter masing-masing sesuai dengan materi yaitu
materi perlawanan dari berbagai daerah melawan kolonialisme dan imperialisme
barat di Indonesia.
Kata
Kunci : Metode Kuper, Media, Hasil
Belajar
Pendahuluan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) suatua kurikulum yang akan menjadi kenangan dan menjadi catatan sejarah dalam dunia
pendidikan sebagai kurikulum yang pernah berlaku di Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan secara bertahap berganti dengan kurikulum 2013, namun sebagian
sekolah di Indonesia masih menerapkan KTSP, termasuk sekolah tempat penulis mengajar untuk kelas VIII (delapan) dan kelas
IX (Sembilan) masih menerapkan KTSP.
Dalam KTSP untuk mata pelajaran IPS
tingkat SMP adalah perpaduan dari
beberapa cabang ilmu sosial yaitu geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi. Ilmu
Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang
ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
hukum, dan budaya ( Brahim, 2010:6) bermaksud bahwa IPS tersebut tidak
diajarkan secara terspisah walaupun dalam kenyataan dilapangan bahwa guru IPS
masih mengajarkannya belum terpadu.
Guru yang mengajarkan IPS di SMP umumnya bukan
berlatar belakang pendidikan sarjana guru IPS, namun kebanyakan adalah sarjana
pendidikan jurusan sejarah, ekonomi, geografi atau sosiologi. Sebagai sarjana pendidikan
ekonomi akuntansi misalnya akan menemukan sedikit hambatan bagaimana metode
mengajarkan materi sejarah agar mudah dipahami oleh siswa. Perlu adanya usaha
yang kuat dari seorang guru untuk menemukan, mempelajari dan menerapkan metode
yang sesuai untuk mengajarkan IPS khususnya materi yang berhubungan dengan
sejarah. Metode sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Kemdikbud,
2017:9). Dengan pemilihan kesesuaian metode dengan materi akan membuka pintu
tujuan pembelajaran tercapai. Banyak siswa didapati ketika materi yang
berhubungan dengan sejarah mengantuk dan diam terpaku seperti kembali ke masa
kejadian masa lampau. Ketika guru melakukan ceramah maka siswa dengan duduk
manis mendengarkan cerita guru. Siswa merasa materi sejarah kurang bisa membawa
mereka kedalam peristiwa sejarah. Metode ceramah tidak banyak menyediakan ruang
bagi siswa agar ikut ambil bagian. Kurangnya perbendaharaan guru mengenai
metode pembelajaran merupakan kendala untuk mengajarkan materi yang berhubungan
dengan sejarah salah satu faktor siswa mudah bosan mendengarkan materi itu. Tujuan
pembelajaran yang direncanakan akan digapai, mengikat erat dengan metode yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan belajar bukanlah semata-mata
menyampaikan materi pelajaran. Proses belajar hendaknya mengubah cara pandang
dan pemahaman setiap siswa dan mampu memiliki empati mengenai perjuangan masa
lampau. Setiap mata pelajaran memiliki sasaran dampak yang akan dicapai, Ilmu
Pengetahuan Sosial mengandung salah satu tujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan komitmen dan kesadaran terhadap
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan ( Brahim,2010:6) dengan demikian hendaknya
setelah pembelajaran IPS ada suatu rasa yang mebelenggu siswa atas kejadian
tersebut sehingga ada minat lebih dalam lagi mau menggalinya.
Banyak orang beranggapan apabila mudah
dalam menghapal maka akan mudah untuk memahami dan menguasai ilmu sosial, dalam
kenyataannya bahwa IPS bukan hanya semata untuk mengingat tetapi hendaknya
dengan mempelajari IPS akan menetaskan
bagaimana menemukan solusi dalam sebuah benturan dalam kehidupan sosial. Banyak
ditemukan siswa yang tidak suka hafalan akan pertama apatis dalam mengikuti pelajaran
IPS.
Faktor-faktor yang mengakibatkan kurang
berhasilnya proses pembelajaran IPS berdampak terhadap hasil belajar siswa.
Perlu beberapa upaya kuat dan motivasi besar guru bagaimana masalah-masalah
seperti yang ditemukan diatas bisa dirubah menjadi potensi untuk masa yang akan
datang. Waktu terus berlari dan tidak untuk kembali, kemajuan teknologi ikut
berlari beriringan dengan waktu. Sudah masanya guru mengikat kegiatan belajar
mengajar dengan teknologi menjadi barang komplementer agar beriringan dengan
keinginan siswa pada era teknologi. Guru masih banyak ditemukan belum berdamai
dengan teknologi dalam melaksanakan profesinya, hal ini diperhadapkan dengan
keadaan siswa yang tidak bisa lepas dari kemajuan teknologi khususnya kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi. Apabila guru belum mampu berdamai dan
bersahabat dengan teknologi maka pembelajaran akan sulit diterima oleh siswa.
Ibarat pedagang harus bisa melihat pangsa pasar agar memenangkan persaingan
usaha, begitu juga dengan guru harus bisa berlari dengan kemajuan teknologi
dengan memperhatikan dampak positif dan meminimalkan dampak negatifnya,
teknologi harus dikawinkan dengan proses pembelajaran.
SMP Negeri 1 Sitellu Tali Urang Julu
sebuah lingkungan sekolah yang asri, taman belajar bagi siswa yang berlatar belakang anak petani, siang sepulang
dari sekolah akan diminta orangtua agar menyusul keladang untuk membantu
mengolah lahan pertanian. Ketika matahari terbenam akan kembali beraktifitas untuk
menyelesaikan pekerjaan di rumah temasuk mengerjakan tugas yang diberikan dari
sekolah. Terbayang dalam pikiran, raga yang sudah letih untuk melanjutkan
pelajaran dirumah untuk besok datang kesekolah melanjutkan investasi yang akan
dituai pada masanya.
Berdasarkan uraian diatas, maka
identifikasi masalah adalah : 1). Mengapa hasil belajar yang dicapai siswa
sangat rendah; 2). Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan
penerapan metode “Kuper” berbantuan media “Kavis”?.
Rumusan masalah dalam karya tulis ini
adalah bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS
melalui penerapan metode “Kuper” berbantuan media “Kavis’ ?.
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan metode “Kuper”
berbantuan media “Kavis” pada mata pelajaran IPS.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas model Kurt Lewin, yang dilakukan sebanyak 2 siklus masing-masing
siklus 3 dan 2 kali pertemuan. Penelitian ini dilakukan 4 (empat) tahapan yaitu
1). Melakukan perencanaan; 2). Melakukan tindakan dari apa yang direncanakan;
3). Melakukan pengamatan; 4). Melakukan refleksi.
a.
Tahapan
Perencanaan
Sebelum
melakukan tindakan perlu dibuat perencanaan yang matang agar hasil yang
diharapkan sesuai dengan kenyataan. Pada tahapanan ini penulis mempersiapkan
instrument, rencana pelaksanaan pembelajaran yang selanjutnya disingkat dengan
RPP. RPP yang dibuat telah disetujui Kepala Sekolah dan membahasnya dengan
teman sejawat yaitu guru IPS. Materi yang dibahas adalah perlawanan rakyat dari
berbagai daerah menentang kolonialisme dan imperialism barat di Indonesia. Pada tahapan ini perlu dipersiapkan kamera,
infokus, laptop, speaker yang akan dipakai pada saat pembelajaran.
b.
Tahapan
Tindakan
Skenario
pembelajaran pertama dilakukan dengan membagi siswa menjadi 4 kelompok yang
terdiri dari 7-8 orang setiap kelompok, dalam pemilihan anggota kelompok
bersifat adil tanpa melihat jenis kelamin, sara, dan tingkat kepandaian. Kemudian
guru menuliskan di kertas kecil nama-nama bentuk perlawanan dari setiap daerah
yang terdiri dari 4 perlawanan, masing-masing pemimpin kelompok mengambil
kertas kecil secara acak. Setiap kelompok diberi nama sesuai nama pemimpin perlawanan,
contohnya apabila materi yang didiskusikan dan diperankan (Kuper) perang Tapanuli maka nama kelompoknya adalah
kelompok Sisingamangaraja. Kelompok yang sudah dibentuk melakukan diskusi untuk
membuat skenario perlawanan, membagi peran masing-masing anggota, melatih peran
masing-masing sesuai tokoh yang ada dalam perlawanan. Setelah dilatih perannya
setiap kelompok memerankan bagaimana jalanya perlawanan dari daerah dan
kelompok yang lain yang merekam permainan peran berbantuan kamera, kelompok
yang lain memerhatikan jalan cerita dari yang ditampilkan, kemudian pertemuan
berikutnya akan ditayangkan didalam kelas melalui bantuan kamera dan audio
visual (Kavis), kelompok lain mengajukan pertanyaan terhadap apa yang
ditampilkan, begitu bergantian sampai semua kelompok mendapat giliran.
c.
Tahapan
pengamatan
Pengamatan
dilakukan pada saat siswa melakukan diskusi dan bermain peran melalui daftar
yang sudah disediakan serta dari hasil rekaman bermain peran.
d.
Tahapan
refleksi
Kegiatan refleksi
dilakukan dengan memutar kembali video dari siswa bersama dengan guru IPS untuk
memberikan masukan mengenai kegiatan pembelajaran.
Siswa Kelas VIII.1 SMP Negeri 1 Sitellu
Tali Urang Julu berjumlah 29 orang merupakan subjek dari penelitian sedangkan
objeknya adalah metode diskusi dan bermain peran serta media kamera dan video.
Tekhnik pengumpulan data yaitu test
tertulis dan pengamatan dan teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif
komparatif yaitu melakukan perbandingan nilai hasil ujian kondisi sebelum
dilakukan penelitian dengan nilai hasil ujian seteleah dilakukan penelitian
kemudian dilakukan refleksi terhadapa apa yang sudah diperoleh dan selanjutnya
dilakukan analisis data dengan deskriptif kualitatif.
Hasil
Penelitian Dan Pembahasan
Gambaran
Kondisi Awal
Rendahnya minat belajar siswa cukup dipertunjukkan
secara nyata dari kegiatan belajar mengajar, ditemukan siswa mengantuk,
menghayal dan belum memberikan kontribusi pembelajaran dikala guru mengajar
dengan metode ceramah berhubungan dengan tema sejarah. Suatu keadaan yang bukan
baik yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, ditemukannya siswa yang
tidak tuntas mencapai 70 persen dengan nilai kkm 75.
Guru ibarat pemanah yang akan melepaskan
mata panah kearah sasaran, guru harus mau dengan cepat mengubah metode
pembelajaran. Menurut Hollingswort dan Lewis ( 2008:32) membuat siswa mengubah
aktivitas duduk yang tenang ke aktivitas yang melibatkan gerakan akan menjaga
kesiagaan mentalnya. Pembelajaran seharusnya memfungsikan raga agar tercipta
kehidupan belajar. Metode ceramah dalam menjelaskan tema sejarah menciptakan
siswa pendengar yang duduk manis ditempat yang memerlukan konsentrasi untuk
mendengar yang berpengaruh kegiatan yang monoton yang menciptakan situasi
mengantuk dan menghayalkan bagaimana sebuah alur kejadian terjadi. Metode
ceramah satu arah dipergunakan guru untuk mengajarkan materi yang berhubungan dengan
sejarah. Belum digunakan metode diskusi dan bermain peran (Kuper), serta media
kamera dan audio visual belum dipergunakan membantu cepatnya materi dipahami siswa.
Gambaran
Siklus I (Pertama)
a. Tahap
Perencanaan
Mempersiapkan instrument pengamatan
(kuisioner), melakukan pengecekan terhadap kelayakan kamera dalam hal ini yang
dipergunakan adalah telepon selular guru yang memilik resolusi gambar 14
megapixel, infocus, speaker, dan laptop. Pembuatan RPP dan mempersiapkan kertas
kecil sebnayak 4 potongan yang didalamnya sudah ditulis nama-nama bentuk
perlawana dari berbagai daerah melawan kolonialisme dan imperialism barat di
Indoensia. Membuat butir soal dan kunci jawaban.
b. Tahap
Pelaksanaan
Pelaksanaan pertama dilaksanakan pada
tanggal 7 September 2016, pada pertemuan pertama dilaksanakan dengan diawali
dengan kegiatan pendahuluan 5 menit, melakukan salam, mengecek kebersihan
kelas, mengecek kehadiran siswa dan melakukan pertanyaan prasyarat yaitu apakah
kalian suka sejarah ?, kemudian guru mengungkapakan kita akan membuat suasana
belajar tema sejarah yaitu materi perlawanan dari berbagai daerah dengan cara
yang berbeda, kita akan mebuat lebih bergairah mengetahui dengan baik
tokoh-tokoh yang kalian bahas, dan kita akan berdiskusi dan memainkan peran
masing-masing to
koh yang ada
dalam sejarah tersebut, dengan cara merekam permainan peran tersebut dan
kemudian akan kita tonton bersama. Dengan mendengar pernyataan ini siswa sudah
mulai memberikan pendapatnya masing-masing. Ini terbukti mereka tidak lagi duduk
tetapi sudah meanfaatkan seluruh raga dan mulai gelisah dan aktif peran apa
yang akan didapatkan. Dengan skenario pembelajaran bermain peran siswa siswa
tidak hanya belajar fakta sejarah, juga bisa mengerti dan mengingatnya untuk
waktu yang lama (Hollingswort dan Lewis, 2008:32). Pada umumnya kalau seseorang
melihat suatu peristiwa didepan mata akan lebih mudah menceritakannya kembali
dibandingkan mendengar dari teman dan kemudian menceritkan ulang. Setelah
kegiatan pendahuluan maka masuk pada kegiatan inti dengan membentuk kelompok
menjadi 4 kelompok, kelompok I,II,III masing-masing beranggotan 7 orang dan
kelompok IV beranggotak 8 orang. Pembagian kelompok secara adil dan setiap
kelompok diberi nama sesuai pemimpin perlawanan daerah. Kelompok diskusi
terbentuk maka siswa diajak keluar kelas yaitu ke taman dengan membawa buku
yang menjadi sumber pelajaran dan alat tulis, siswa melakukan diskusi untuk
membuat skenario perang dan membagi peran sesuai dengan karakter masing-masing,
materi pembelajaran disampaikan dengan cara bermain peran (acting) dan
berdialog, waktu diskusi diberi waktu 60 menit, sekaligus pembuatan skenario
perlawanan dan pembagian karakter sesuai dengan apa yang terjadi berdasarkan
kenyataan dalam sejarah. Kemudian 15 menit diberikan sesi tanya jawab apa yang
belum dipahami dari sejarah perlawanan rakyat serta secara bersama-sama
menyimpulkan dari hasil diskusi. Kemudian pemberian tugas yaitu untuk berlatih
diluar jam pelajaran atau belajar mandiri untuk memainkan peran masing-masing untuk ditampilkan pada
pertemuan berikutnya.
Pada pertemuan kedua, kegiatan pendahuluan
diawali dengan doa dan salam kemudian
menanyakan bagaimana pengalaman belajar selama diskusi dan latihan bermain
peran. Pada kegiatan inti ditampilkan hasil bermain peran yang sudah dilatih
dirumah berbantuan kamera, permainan peran divideokan, kelompok yang tidak
tampil memberikan perhatian terhadap penampil agar apa yang tidak dipahami bisa
ditanyakan, begitu secara bergantian. Durasi yang diberikan untuk menjelaskan
materi melalui dialog dan bermain peran yaitu 8 menit setiap kelompok. Pada
kegiatan penutup guru bersama dengan siswa menyimpulkan pelajaran dan guru
memberikan tugas.
Pada pertemuan ketiga, pada kegiatan
pendahuluan siswa diberikan kesempatan untuk menyanyikan lagu Bagun
Pemudi-Pemuda, untuk menumbuhkan rasa nasionalisme. Kemudian mempersiapkan
peralatan yang diperlukan yaitu infokus, laptop, speaker, kamera perekam, kabel data, untuk menayangkan
hasil permainan peran setiap kelompok. Pada kegiatan inti, guru menanyangkan
video, dari pengamatan penulis ketika video ditayangkan banyak yang tersenyum
dan tertawa mempesona karena melihat diri sendiri sebagai aktor dalam permainan
perang melawan kolonialisme, suatu hal yang tidak kelihatan adalah jiwa-jiwa
yang mengantuk. Setelah video ditayangkan maka kelompok yang lain memberi
pertanyaan, tanggapan mengenai video yang ditayangkan bergitu secara
bergantian. Pada kegiatan penutup guru memberikan tugas dan mengumumkan
pelaksanaan test untuk pertemuan siklus pertama.
c.
Tahap
pengamatan
1.
Pengamatan
dilakukan pada saat diskusi yaitu Kolaborasi antar anggota, terlibat aktif;
2.
Pada
saat bermain peran yaitu semua siswa ikut ambil bagian dalam berperan, sesuai
dengan waktu yang ditentukan, penonton terhibur, sesuai dengan fakta sejarah.
d.
Tahap
Refleksi
1.
Siswa
sebagian besar sudah terlibat dalam kelompok;
2.
Setiap
siswa mendapatkan peran, walau masih berperan sebagai pasukan Belanda atau
Indonesia, peran pelengkap;
3.
Masih
ditemukan siswa yang ketawa, karena belum biasa memainkan sebuah peran.
Gambaran Siklus
II (Kedua)
a. Tahap
Perencanaan
Siklus kedua direncanakan sebanyak 2 kali
pertemuan dengan jumlah siswa tetap, dengan pokok materi yang sama yaitu bentuk
perlawanan dari berbagai daerah namun berbeda daerah dengan siklus I (pertama).
Proses pembelajaran tetap menerapkan metode diskusi dan bermain peran (Kuper)
berbantuan dengan kamera dan audio visual (Kavis). Namun pada siklus sebelumnya
sudah terlebih dahulu dibagi nama perlawanan setiap kelompok untuk dibahas
diluar jam pelajaran, ketika disekolah tinggal pemantapan.
b. Tahap
Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan
RPP, sama halnya dengan pelaksanaan pada siklus pertama. Namun pada siklus
kedua pada tahap ini bentuk perlawanan sudah diberitahu sebelumnya dan sudah
dipersiapkan diluar jam pelajaran atau sepulang sekolah. Kegiatan inti tinggal
bermain peran dan pertemuan kedua menayangkan video dan melakukan diskusi
bervariasi, guru berperan sebagai fasiliator.
c.
Tahap
Pengamatan
Pengamatan pada siklus kedua sama dengan
siklus pertama, pada siklus ini dari hasil pengamatan tidak ditemukan siswa
yang tertawa pada saat memerankan karakternya dan penguasaan peran, penjiwaan
sudah lebih baik dibanding dengan siklus pertama.
d.
Tahap
Refleksi
Ketika bermain peran, siswa sudah menjiwai
perannya sebagai pahlawan, memiliki kebanggan bisa memerankan tokoh idolanya.
Dengan penerapan metode diskusi dan
bermain peran (Kuper) berbantuan media kamera dan audio visual (Kavis) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi bentuk-bentuk perlawanan dari
berbagai daerah melawan kolonialisme dan imperialism barat di Indonesia diperoleh
siswa yang memiliki rasa empati tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam
melawan penjajah, dengan dimainkannya peran sebagai pemimpin perlawanan, maka
siswa akan mengingat dengan waktu yang cukup lama bagaimana sakit dan jatuhnya
melawan penjajah. Berikut digambarkan hasil dari siklus I dan siklus II:
Tabel 1: Data Hasil Belajar, Pengamatan Kegiatan
Diskusi dan Bermain peran pada siklus I
No
|
Nama
Kelompok
|
Hasil Test
Lulus KKM
|
Diskusi
|
Bermain Peran
|
||||
Kolaborasi
kelompok ( 1=Perlu Perbaikan, 2=cukup, 3=baik,
4=sangat baik)
|
Terlibat aktif
|
Setiap anggota
berperan
|
Sesuai dengan
fakta sejarah
|
Kreatif/Menarik
|
Tepat Waktu
|
|||
1
|
Sisingamangaraja
( 7 orang)
|
5
|
3
|
6
|
7
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
2
|
Diponegoro
(7 orang)
|
5
|
3
|
6
|
7
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
3
|
Imam Bonjol
(7 orang)
|
6
|
3
|
7
|
7
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
4
|
T.Umar
(8 orang)
|
6
|
3
|
8
|
8
|
Ya
|
Ya
|
Tidak
|
Jumlah
|
22
|
12
|
27
|
29
|
4
|
3
|
3
|
|
Persentase
|
75 %
|
75 %
|
93 %
|
100 %
|
100 %
|
75 %
|
75%
|
|
Rata-rata
|
84 %
|
Tabel
2: Data Hasil Belajar, Pengamatan Kegiatan Diskusi dan Bermain peran pada siklus
II
No
|
Nama
Kelompok
|
Hasil Test
Lulus KKM
|
Diskusi
|
Bermain Peran
|
||||
Kolaborasi
kelompok ( 1=Perlu Perbaikan,
2=cukup, 3=baik, 4=sangat baik)
|
Terlibat aktif
|
Setiap anggota
berperan
|
Sesuai dengan
fakta sejarah
|
Kreatif/Menarik
|
Tepat Waktu
|
|||
1
|
Pattimura
( 7 orang)
|
6
|
4
|
7
|
7
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
2
|
Hasanuddin
(7 orang)
|
6
|
4
|
7
|
7
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
3
|
P.Antasari
(7 orang)
|
6
|
4
|
7
|
7
|
Ya
|
Ya
|
Ya
|
4
|
Cik Ditiro
(8 orang)
|
7
|
3
|
8
|
8
|
Ya
|
Ya
|
Tidak
|
Jumlah
|
25
|
11
|
27
|
29
|
4
|
4
|
3
|
|
Persentase
|
86 %
|
91 %
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
75%
|
|
Rata-rata
|
93 %
|
Tabel
3: Rekapitulasi Data Hasil Belajar, Pengamatan pada siklus I,II
No
|
Siklus
|
Hasil Test
Lulus KKM
|
Diskusi
|
Bermain Peran
|
||||
Kolaborasi
kelompok ( 1=Perlu Perbaikan,
2=cukup, 3=baik, 4=sangat baik)
|
Terlibat aktif
|
Setiap anggota
berperan
|
Sesuai dengan
fakta sejarah
|
Kreatif/Menarik
|
Tepat Waktu
|
|||
1
|
Siklus I
|
75 %
|
75 %
|
93 %
|
100 %
|
100 %
|
75 %
|
75%
|
2
|
Siklus II
|
86 %
|
91 %
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
100 %
|
75 %
|
CONTOH : PTK IPS SMP KETERAMPILAN ABAD 21
Sebelum penelitian tindakan dilakukan metode pembelajaran yang
dipergunakan adalah metode ceramah, kelemahan dari metode ini sudah dijelaskan
di atas. Pada proses pembelajaran kondisi awal masih banyak ditemukan siswa
mengantuk sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar dimana siswa banyak tidak
lulus kkm menapai 70 %, setelah diterapkannya metode diskusi dan bermain peran
(Kuper) berbantuan media kamera dan audio visual (Kavis) dari hasil tabel 3,
sudah tidak ditemukam siswa mengantuk karena sudak melakukan kolaborasi dalam
diskusi serta terlibat aktif, dari keadaan sebelumnya ke kondisi akhir terjadi
pastisipasi siswa yang meningkat. Kegiatan belajar jadi hidup dengan adanya
metode diskusi karena menggerakkan pikiran dan raga. Dengan penerapan metode
diskusi dan bermain peran (kavis) dengan berbantuan media kamera dan audio
visual pembelajaran menjadi aktif. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran
yang terjadi ketika siswa bersemangat, sikap secara mental, dan bisa memahami
pengalaman yang dialami seperti yang diutarakan oleh Hollingsworth dan Lewis
(2010:8). Dari pengamatan pembelajaran sudah dikategorikan pembelajaran aktif,
keaktifan siswa dalam belajar berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh
siswa, dari keadaan awal keakhir terdapat kenaikan yang tidak boleh dianggap sebelah
mata yaitu dari nilai rata-rata hasil 25
% ( sebelum ada tindakan) menjadi 86 %
siswa meraih nilai diatas kkm. Hasil belajar meningkat, siswa merasakan
bagaimana sesak dan perih dijajah oleh bangsa lain.
Simpulan
Materi pelajaran IPS yang bertemakan
sejarah, memerlukan metode yang jitu untuk membawa emosi siswa untuk
bersimpati,empati, bahagia. Membangkitkan pastisipasi siswa sangat sulit jika
menerapkan metode ceramah satu arah. Untuk itu perlu diperlukan metode diskusi
dan bermain peran (Kuper) yang membuat siswa gembira, memahami makna perjuangan
dari berbagai daerah berbantuan media kamera dan audio visual (Kavis), karena
hal ini sangat mudah dipahami oleh siswa, dan menarik keinginan siswa untuk
mempelejari lebih dahsyat mengenai sejarah.
Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa dengan penerapan metode diskusi dan bermain peran (kuper)
berbantuan media kamera dan audio visual dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa dan mengembangkan partisipasi siswa sehingga tercipta pembelajaran tema
sejarah yang menyenangkan, menggembirakan dalam kegiatan pembelajarn hal ini
terbukti dengan hasil dari penelitian yaitu dari siklus pertama ke siklus kedua
terjadi keterlibatan siswa yaitu 93 % menjadi 100 %, dan metode diskusi juga
menjadikan kerjasam antar siswa meningkat dari 75 % menjadi 91 %, serta yang
terutama terjadi kenaikan hasil test yaitu tingkat kelulusan kkm dari 30 %
menjadi 86 %.
Daftar Pustaka
Brahim, Muh.Nur Eli. 2010. Buku Panduan Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII, Semarang: Aneka Ilmu.
Hollingsworth,
Lewis. 2008. Pembelajaran Aktif, Jakarta:
PT.Indeks.
Kemdikbud,
2017. Model-Model Pembelajaran, Jakarta.Kemdikbud.
Kusuma,
Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian
Tindakan Kelas, Jakarta.PT.Indeks.
1 komentar so far
Mantap
EmoticonEmoticon